MEMBANGUN TEOLOGI PERTANIAN MELALUI PEMBACAAN LINTAS TEKSTUAL INJIL MATIUS DAN KOSMOLOGI JAWA
Abstrak
Dewasa ini pertanian yang dijalankan seringkali mengandalkan pestisida yang mengakibatkan kerusakan tanah dan ketidakseimbangan ekosistem. Ini disebabkan manusia tidak merasa sebagai bagian dari alam. Artikel ini bertujuan menggali keteladanan Yesus Kristus sebagai seorang petani seperti yang dituliskan dalam Injil Matius dan menghubungkannya dengan kearifan kosmologis budaya Jawa. Harapannya akan membangun sebuah teologi pertanian kontekstual yang menghargai dan menjaga keharmonisan hidup alam. Metode yang digunakan adalah pembacaan lintas tekstual, yaitu mengambil pesan positif dari dua teks/konteks yang disandingkan untuk membangun sebuah bentuk teologi yang kontekstual. Hasilnya, teologi pertanian kontekstual menekankan bahwa bertani adalah sebuah ibadah yang mendorong manusia untuk menjaga kelestarian alam semesta dengan kesadaran bahwa manusia dan alam adalah sesama saudara diciptakan oleh Tuhan. Keduanya harus saling menjaga dan melindungi. Di dalam kesatuan tersebut mereka menemukan diri mereka bersatu dengan Allah. Teologi pertanian kontekstual hanya merekomendasi pertanian organik sebagai cara bertani yang benar karena model ini akan menjaga kelestarian hidup alam dan manusia.
Referensi
Akkeren, Philip van. 1970. Sri and Christ: A Study of Indigenous Church In East Java. London: Lutterworth.
Andang, Al. 1998. Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius.
Brata, Sumadi Surya. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dewi, Novita. 2015. “Manusia dan Lingkungannya dalam Cerpen Indonesia Kontemporer: Analisis Ekokritik Cerpen Pilihan Kompas.” Jurnal Litera 14 (2): 388–89.
Draper, Richard D. 1987. “The Parables of Jesus.” In Studies in Scripture, diedit oleh Kent P. Jackson dan Robert L. Millet, V. Salt Lake-Utah: Deseret Book Company.
Endraswara, Suwardi. 2018. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Fadillah, Hernawan Luthfi. 2019. “Adanya Moderniasi pada Pertanian, Menguntungkan Petani atau Malah Merugikan?” Kompasiana, 2019.
Gensichen, D H W. 2000. Perang dan Perdamaian dalam Agama. Diedit oleh Zama, Ali Noer, dan Agama Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartati, Anna Yulia. 2012. “Global Environmental Regime: Di Tengah Perdebatan Paham Antroposentris Versus Ekosentris.” Spektrum: Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional 12 (1): 1–2.
Harun, Martin. 2015. Ensiklik Laudato Si’: Tentang Perawatan Rumah Kita Bersama, Karya Paus Fransiskus. Surabaya: Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Surabaya.
Horrel, David G. 2009. “The Ecological Challenge to Bible Studies”, Theology 112 (2009): 163.” Theology 112.
Hurtado, Larry W. 2011. Jesus Among Friends and Enemies. Diedit oleh Chris Keith. Michigan: Baker Academic.
Ituma, Ezichi A. 2013. “Christocentric Ecotheology and Climate Change.” Open Journal of Philosophy 3 (1A): 126.
Jr., Lynn White. 1974. “The Historical Roots of Our Ecological Crisis.” In Ecologi and Religion in History, diedit oleh David and Eileen Spring. New York, Evanston, San Fransisco, London: Harper & Row.
Lee, Archie. 1998. “Cross-textual Interpretation and Its Implications for Biblical Studies.” In Teaching the Bible, The Discourses and Politics of Biblical Pedagogy, diedit oleh Fernando Segovia and Mary Ann Tolbert. New York: Orbis Books.
Magnis-Suseno, Franz. 1997. Javanese Ethics and World View. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Natar, Asnath Niwa. 2019. “‘Penciptaan Dalam Perspektif Sumba: Suatu Upaya Berteologi Ekologi Kontekstual.’” Jurnal Gema Teologika 4 (1): 100.
Panjaitan, Firman. 2003. Teologi Mistik sebagai Jalan Kehidupan: Membangun Teologi Mistik Kontekstual Indonesia melalui Perbandingan Pengalaman Mistik Paulus dalam 2 Korintus 12: 1-10 dengan Pengalaman Mistik Bima dalam kisah Dewa Ruci. OSF Preprints.
———. 2005. “Spiritualitas Mistik Sebagai Jalan Kesadaran: Tawaran untuk Membangun Teologi Mistik Protestan.” Studia Philosphica et Theologica 5 (1): 99–117.
———. 2011. “Harmonisasi dalam Ekologi Manusia.” Ikhtus 1 (1).
Panjaitan, Firman, dan Marthin S. Lumingkewas. 2019. “Keadilan Dalam Hukum Lex Talionis: Tafsir Terhadap Keluaran 21:22-25.” Pengarah: Jurnal Teologi Kristen 1 (2): 73–84. https://doi.org/10.36270/pengarah.v1i2.13.
Pieris, Aloysius. 1994. “Inculturation in Asia. A theological reflection on an experience”.” Jahrbuch für Kontextuelle Theologien 94.
Raphael, Melissa. 2016. “The creation of beauty by its destruction: the idoloclastic aesthetic in modern and contemporary Jewish art.” Journal Approaching Religion 6 (2).
Singgih, Emanuel Gerrit. 1997. Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyosong Abad ke-21. Yogyakarta: Kanisius.
———. 1999. Dunia yang Bermakna. Jakarta: Persetia.
———. 2011. Dari Eden ke Babel: Sebuah Tafsir Kejadian 1-11. Yogyakarta: PPST UKDW.
Soemardi. 2019. “Wawancara.”
Takenaka, Masao. 1986. God is Rice: Asian Culture and Christian Faith. Genewa: World Council of Churches.
Theissen, Gerd. 2005. Gerakan Yesus. Maumere: Penerbit Ledalero.
Vale, Matt. 1995. Siapa yang Tinggal Di Rumah Seperti Ini. UK Petra + The Hanns Siedel Foundation.
Widijanto, Tjahjono. 2018. “Dunia Halus Mistis Jawa dan Fantasi Magis Ternate dalam Godlob dan Cala Ibi.” Jentera: Jurnal Kajian Sastra 7 (1): 110–12.
Wijaya, Wawuk Kristian. 2011. “Allah Sang Petani, Bertani sebagai Usaha Berteologi: Belajar dari YBSB dan SPTN HPS.” Gema Teologi 35 (1).
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-sa4.footer##